Penelusuran
Goa di Desa Tajur Citeureup
Oleh ZUL AnTS
Mau
masuk GUA
? Engak usah jauh -jauh , pergi aja ke TAJUR , Citeureup
,Kabupaten Bogor, kira-kira 45 min dari Jakarta. Tajur itu sebuah
desa yang terdiri dari bukit-bukit kapur , so pasti Gua-nya banyak
bukan Cuma 1 atau 2 Gua tetapi disana kira-kira ada 32 mulut Gua
baik yang Horizontal maupun Vertical yang sudah di explore baru
kira-kira 15 mulut Gua jadi masih banyak yang belum tuh
Kalau
mau melakukana kegiatan CAVING di sana pertama-tama kita harus "
kulo nuwon " dulu sama kelompok pecinta alam yang ada di sana
yang namanya LINGGIH ALAM udah pasti kita harus bawa peralatan yang
lengkap terutama safety equipment untuk kegiatan caving.
Disebelah
secretariat LINGGIH ALAM anda dapat beristirahat sambil mencicipi
gorengan yang dibuat oleh "Emak". Warung ini sudah sangat
popular bagi pecinta alam yang sering Nongkrong atau bermalam disana
jadi boleh dibilang Warung Emak inilah Posko yang sebenarnya.
Tentunya
setelah menyiapkan peralatan, kami bertiga (Fauzi, Dela, Zul ) memasuki
salah satu Gua horizontal yang bernama CIKENCENG, mulut Gua nya
cukup kecil dan bersemak di dalam Gua ini ada staklatit yang diberi
nama Gong karena apabila dipukul akan mengeluarkan suara seperti
suara gong. Kami harus melewati celah-celah yang cukup sempit untuk
menyelusuri Gua ini dan didalamnya ada dua "air terjun"
apabila debit air didalam Gua cukup banyak, kira-kira tingginya
3 s/d 31/2 M, pada saat itu kami menjumpai se-ekor serangga yang
cukup aneh bagi kami dimana bentuknya seperti laba-laba tetapi memiliki
capit seperti kalajengking..? dan ditengah-tengah Gua tersebut ada
sarang kalelawar yang disebut Dome ruanganya cukup besar. Kami tidak
meneruskan perjalanan Kami menembus Gua ini karena pada saat itu
menunjukan pukul 4.30 sore dimana kalelawar yang berada disana akan
segera keluar sayangnya mereka melalui jalur yang akan kami lalui
yang bernama Lobang Jarum dimana dijalur tersebut kami harus merayap
dan salah satu dari kami harus bekerja esok harinya.
Setelah
melakukan Caving kami membersihkan diri terutama dari kotoran kalelawar
yang dapat mengakibatkan gatal-gatal pada kulit di Sungai alam berbatuan
yang tidak jauh dari jalan utama setelah itu kembali ke warung emak
untuk istirahat.
Bagaimana
Cara kesana.
Dari
Cawang (Jakarta ) naik Bus Jurusan Citeureup/Cileungsi (Rp.1500/orang)/
Turun di Terminal citeureup kemudian naik lagi kendaraan kecil ke
Tajur (Rp.1000/orang). Turun di Tajur. (bisa Juga Naik Ojek dari
citeurep (+- Rp.3000/orang).
Lalu dari Tajur jalan Kaki kira-kira 200 M atau naik kendaraan bak
terbuka ke secretariat Linggih Alam. Sesudah disana terserah anda
Klik
disini untuk lihat album photo perjalanan ini
|
Pendakian
Gunung Rinjani Lombok NTB, 21 - 29 Juni 2002.
Oleh Anwar
Jumat 21/6
Naik Bis Safari Dharma Raya dari pol mereka di kebayoran lama menuju
Lombok, dengan melewati jalur pantura.
Sabtu 22/6
Nyebrang naik kapal ferry dari Banyuwangi - Gilimanuk (Bali) jam
19.00. Cabut lagi menerobos pulau dewata.
Minggu 23/6
Nyebrang naik ferry dari Padangbai - Lembar (Lombok) jam 02.00.
Bis akhirnya berhenti di terminal Bertais jam 07.00 WITA. Seperti
biasa dirubung para calo, kita ketemu sama Toni dan Litan. Karena
baru kesana, kita nggak terlalu tau soal kendaraan. Jadi pas ada
yg keliatan cocok, kita nyewa mini bis model Isuzu Elf ke Sembalun
Lawang (bayar Rp 20 ribu/orang). Nggak tahunya kita rada dikerjain
juga sama angkutan yg satu ini. Jalur ke Sembalun adalah lewat Aikmel,
tapi sesampe di Aikmel bis bukannya belok kiri ke Swela-Pesugulan-Sembalun
Lawang melainkan malah terus lurus ke ringgabaya.
Artinya kita dibawa muter ke utara Lombok, ngelewatin jalur lama
seperti Sambalia - Obel-obel - Kembar lalu belok kiri ke Sajang
dan baru sampe di Sembalun Lawang jam 17.00. Kayaknya sopir nggak
mau rugi, dia sekalian nyari penumpang yg buanyak (Jadi berhati2lah
pilih angkutan di Mataram hehehe...kalo mau, lebih bagus nantinya
naik
taksi aja, ongkos cuma beda dikit terus ada AC-nya lagih :) Sambil
rada gondok, di Sembalun kita lapor ke pos TN G Rinjani. Daftarnya
gampang kok, cuma ngisi daftar nama dst terus bayar Rp 3000/orang.
Abis gitu kita nyari penginapan, syukur ada 2 kamar kosong di penginapan
Pondok Sembalun, beberapa puluh meter dari gerbang TNGR. Harganya
Rp 40 ribu /kamar, satu kamarnya ada tempat tidur dan kamar mandi,
kalo mau satu kamar tadi juga boleh diisi berame-rame (selain pondok
sembalun, masih ada beberapa penginapan lagi. Karena banyak yg nyewa,
harus cepet2 kita nyari kamarnya). Malamnya kita hubungi koordinator
porter buat nanti bantu ngangkut
barang, sepakat nyewa tiga porter dengan tarif Rp 40 ribu/hari untuk
1 porter.
Senin 24/6
Sejak jam 5 pagi udah bangun, nyiapin ransel. Porternya datang sekitar
jam 7 sambil bawa bambu panjang buat ngangkut barang. Dari pondok
jalannya masih datar, sementara di sebelah kiri tampak Rinjani tinggi
menjulang. Maklum masih pagi dan rada dingin, kita jalannya masih
tancap gas alias ngebut. Rute desa Sembalun yg berketinggian 1150
M ini terus ngelewatin savana alias padang rumput, nggak ada pohon2nya,
cuma ada cemara gunung (casuarina junghuhniana), jadi kebayang donk
gimana rasanya pas matahari mulai galak memancarkan sinarnya ^_^...keringet
bercucuran, ransel yg berat terasa tambah berat, sementara tanjakan
nggak abis-abisnya heheh.. Beberapa kali kita ngelewatin bekas aliran
lahar terus sungai kering,
jembatan rusak, padang rumput lagi, begitu terus jalannya melingkar-lingkar.
Tiba di pos 1 yg modelnya saung beratap seng, langsung duduk kecapean
hehee.. Jalan lagi, tambah nanjak. Beberapa lama ketemu jembatan,
di sebelah kirinya ada pos 2, lengkap dgn bilik toilet dan sumber
air kecil. Di sini ntar jalannya bercabang, ke kanan lewat Bukit
Penyesalan sedang ke kiri lewat Jalur Penderitaan. Tapi sekarang
jalur Bukit udah nggak dipake lagi karena terlalu jauh. Sebenarnya
dari jauh udah keliatan jalur Bukit tadi, ada di bukit bagian sebelah
kanan, tampak melingker-lingker, wah nggak
kebayang deh jauhnya... Kita lewat jalur Penderitaan yg lebih pendek,
tapi ya begitulah,
memang bikin menderita hahahah...udah terjal, nggak ada akar pohon
buat pegangan, sementara sinar matahari terus menyengat..^_^ (pokoknya
air minum musti bawa yg buanyaak). Setelah tiba di pos 3 yg model
saungnya lebih bagusan, porter nyari
aer tapi ternyata sumber aernya kering. Jadi nggak sempet masak2,
cuma makan biskuit terus cabut lagi. Dari sini gw, Gagung dan Aris
ketinggalan di belakang, nafas makin pendek sementara tanjakan nggak
ada abisnya ( kita harus mendaki lebih dari 4 bukit, jadi abis satu
bukit lalu jalan datar dikit banget dan kembali mendaki bukit lagi
hahah..). Kita akhirnya sampe di Plawangan Sembalun jam 5 sore,
yg lain udah
buka tenda. Ada juga beberapa pendaki bule di sini. Pemandangannya
menakjubkan, membuat kita kagum akan ciptaan Illahi. Betapa nggak,
senja itu (puitis dikit ah) rembulan purnama mulai beranjak naik
dari sisi puncak Rinjani sementara di arah berlawanan mentari mulai
tenggelam dengan sinar keemasan, awan bergulung menyentuh kaki menyelimuti
kawasan Segara Anak..indaaaah deh (nggak percaya, buruan ke sana
^_^ ) Malam itu kita istirahat penuh. Tapi yg nenda di sana musti
ati2
nyimpen barang, soalnya banyak monyet ekor panjang (macaca fascicularis),
salah2 tas kita bisa diobrak-abrik dan makanannya diembat sama monyet
hehehe).
Selasa 25/6
Mulai berangkat ke puncak jam 2 pagi. Kita harus sampe ke puncak
plawangan dulu, terus dari situ keliatan deh Puncak Rinjani menggapai-gapai
dari kejauhan. Jalan ke kiri, tracknya sih pertama-tama masih tanah,
ganti pasir dan kerikil yg masih enak buat dijalanin. Tapi lama-lama
tracknya ganti jadi batu-batu kasar, sementara tanjakannya semakin
rruaar biassa terjalnya (yg udah ke semeru pasti tahu tanjakan pasirnya
semeru, nah rinjani ini ternyata lebih nanjak dari semeru). Di tanjakan
sebelum puncak ini mulai deh kita terpisah satu-satu, ada yg terus
jalan sedang lainnya istirahat dulu. Gw sendiri udah kepayahan,
sempet muntah2/masuk angin, jadi jalan pelan banget,
nanjak selangkah-ambil nafas-nanjak lagi. O, iya, nggak ada salahnya
bawa tongkat karena ngebantu banget buat nahan kaki biar nggak turun2
lagi sekalian bantuin tenaga saat nanjak. Alhamdulillah, sekitar
jam 8 pagi sampe di puncak. Dataran puncaknya
sempit banget, paling muat buat beberapa orang aja. Tapi pemandangannya
dari sini memang endah nian ! Di bawahnya ada kawah berukuran 650
M x 860 M, disebelah barat tampak kaldera seluas 3500 M x 4800 M
memanjang ke jurusan timur, sementara
bukit Plawangan tampak meliku-liku diterpa matahari pagi. Abis potret2
kita turun lagi, sekarang lebih enak karena tinggal nyerosot dan
sekitar jam 11 siang udah sampe di plawangan lagi. Bongkar tenda,
kita jalan turun ke danau Segara Anak. Ternyata Rinjani ini juga
rruarr biassa dalam track turunnya, heheh..terjal dan meliuk-liuk.
Dari plawangan jalan nurunin track yg batu-batunya segede kepala
kerbo, buat kaki sakit sementara matahari jam 12 siang terasa banget
panasnya. Kita baru sampe di pinggir danau sekitar jam 5 sore, langsung
bikin tenda lagi dan istirahat.
Rabu 26/6
Full day for rest, tidur2an, mancing ikan, mandi di danau dan berendam
di kolam air panas. Danau ini airnya bercampur belerang jadi nggak
bisa diminum, nyari air musti ke balik bukit. Tapi di danau seluas
11.000.000 m persegi dan dalamnya 230 m ini memang banyak ikannya,
mulai dari mujair sampai karper (tanyain aje sama Aris, sang
master mancing kita, die sengaja naik rinjani bawa pancingan. Hasilnya
nggak sia-sia, beberapa ekor ikan jadi santapan makan kita rame-rame,
dibakar terus pake sambel nyamnyamnyam hehehe). Di deket danau juga
ada Gunung Baru ketinggiannya 2300-an m, tinggi menjulang dan masih
aktif. Di puncaknya keliatan pake teropong udah
dipasangin bendeera, kalo iseng mau ke puncaknya harus berjalan
memipir danau ke sebelah kiri, lalu rock climbing naik tebing. Lebih
asyik lagi seperti yg dilakuin tim Vulkanologi Survey Indonesia
(VSI) yg nenda di sebelah tenda kita. Mereka sengaja bawa pelampung
dari ban dalam truk, jadi nggak usah rock climbing yg berbahaya
tadi,
cukup berenang pake ban truk tadi sambil memipir danau sampe tiba
di kaki gunung Baru.
Kamis 27/6
Mulai cabut dari danau jam 7 pagi, mengitari pinggirnya ke sebelah
kiri lalu mulai naik tebing menuju plawangan Senaru. Tracknya juga
rruarr biassa karena kita harus berjalan di jalur yg sempit (sekitar
1/2 meter) sementara di sebelah kiri bawah ada jurang yg dalam menganga.
Apalagi pas mau nyampe plawangan, ada sedikit rock climbing
nya juga, alias mencari pegangan di bebatuan biar bisa naik, meleng
dikit bisa terpeleset ke jurang tadi. Tapi sesampainya di plawangan
Senaru kita disuguhi oleh pemandangan yg indah, puncak rinjani di
kejauhan sementara di bawahnya danau
segara anak biru membentang. Dari sini jalan lagi menuruni bukit,
lewat padang rumput dan akhirnya ketemu pos 3 Senaru (ketinggian
2100 m, di sini juga banyak monyet).
Istirahat, makan siang, cabut lagi. Sekarang tracknya lewatin hutan
lebat, jadi nggak panas tapi cukup curam dan banyak akar pohon jadi
musti hati2 biar nggak kesangkut dan jatoh. Lewatin pos 2, pos 1
dan betapa leganya saat akhirnya kita keluar
dari hutan. Ada lagi yg lebiih bikin bahagia, ternyata begitu keluar
hutan langsung ketemu warung, lengkap dengan makanan dan minuman
dinginnya heheheheh.... (gw langsung nenggak 2 botol Coca Cola kakaakaka....abis
aus banget neh ^_^).
Abis lega makan-minum, jalan lagi ke pos penjagaan Senaru, tiba
jam 5 sore. Kita nyarter angkot ke Senggigi (Aris, Hendri, Gagung
dan gw -ongkosnya Rp 120 ribu, sedang Toni dan Litan masih betah
tinggal sehari lagi di Senaru heheh). Sampe di pantai Senggigi jam
7 sore, nyewa kamar di Santai Beach Inn (santai dulu aaah..heheha),
sewa kamar Rp 90 ribu/kamar.
Jumat 28/6
istirahat lagi, jalan2 ke pura Suranadi ngeliat belut keramat, makan
sate lombok, pelecing kangkung, ayam bakar taliwang dst (pada ngiler
nggak tuh haha)
Sabtu 29/6
balik ke jakarta jam 8 malem naik bis SDR lagi
Senin 1/7
sampe di jakarta jam 8 pagi, pada pisahan di sini.
Klik
disini untuk lihat album photo perjalanan ini
|